SATUAJABAR, SYDNEY – Tim Muhibah Angklung (TMA), komunitas seni budaya asal Bandung yang konsisten memperkenalkan angklung ke dunia internasional, kembali mencatat momen bersejarah dalam rangkaian tur budayanya di Australia. Pada 25 Agustus 2025, Tim Muhibah Angklung tampil di Taronga Zoo Sydney, salah satu ikon wisata utama kota Sydney. Penampilan ini terasa semakin istimewa karena kebun binatang ini memiliki area bertema Indonesia bernama Tiger Trek, yang menghadirkan suasana kampung lengkap dengan warung dan gerobak mie ayam sebelum pengunjung melihat harimau Sumatra. Kehadiran Tim Muhibah Angklung melengkapi nuansa Indonesia di kawasan ini, menghadirkan harmoni budaya di tengah suasana konservasi alam.
Dalam kesempatan ini, Direktur Taronga Zoo, Nick Boyle, menyampaikan apresiasinya kepada rombongan angklung.
“Kami sangat bangga menjalin kerja sama dengan Indonesia dan mendukung berbagai kegiatan yang sedang berlangsung di sana. Kami juga merayakan hubungan jangka panjang kami dengan KJRI serta seluruh rakyat Indonesia, khususnya pada peringatan HUT RI ke-80. Hubungan ini sangat penting, dan kami berharap dapat terus berkembang,” katanya melalui siaran pers diterima Satujabar.com.
Dalam penampilannya, Tim Muhibah Angklung membawakan lagu-lagu daerah seperti Lalayaran (Sunda), Batak, Jali-Jali (Betawi), Yamko Rambe Yamko (Papua), hingga Badindin (Sumatra Barat). Suasana semakin hidup saat mereka juga menghadirkan lagu internasional, mulai dari Pompeii (Bastille), Mamma Mia (ABBA), hingga menutup dengan lagu Libiamo ne’ lieti calici (La Traviata). Ratusan pengunjung yang hadir ikut larut dalam suasana, bertepuk tangan, bernyanyi, bahkan menari bersama, menjadikan sore di Taronga Zoo sebagai panggung budaya Indonesia terbuka yang meriah.
Sehari sebelumnya, 24 Agustus 2025, Tim Muhibah Angklung juga mencatat sejarah dengan menggelar flashmob angklung pertama di Australian Museum, Sydney—museum tertua sekaligus salah satu yang terbesar di Australia, berdiri sejak 1827 dan memiliki lebih dari 21 juta koleksi. Dalam suasana museum yang awalnya tenang, alunan angklung mulai dimainkan oleh beberapa anggota yang menyamar sebagai pengunjung. Satu per satu pemain lainnya muncul, hingga puluhan orang bergabung membawakan lagu ceria Jali-Jali. Kejutan semakin meriah ketika mereka mengenakan kostum daerah Nusantara yang sebelumnya tersembunyi, menciptakan ledakan warna dan suara di tengah ruang pameran bersejarah.
Flashmob ini kemudian berlanjut menjadi mini konser, menampilkan lagu-lagu daerah seperti Lalayaran, Janger, dan Badindin, serta repertoar internasional mulai dari Mamma Mia hingga Libiamo. Sebagai encore, New York, New York ditutup dengan penuh semangat, mengajak pengunjung bergembira bersama. Pertunjukan ini turut diperkaya dengan kolaborasi tari daerah yang memperkuat suasana kebersamaan.
Pada kesempatan itu, Kim McKay, CEO Australian Museum, menyampaikan apresiasinya atas persembahan music angklung tersebut.
“Indonesia dan Australia memiliki jarak yang sangat dekat. Dengan lebih banyak pertukaran kultur yang bisa kita lakukan, hubungan antara kedua negara tersebut akan lebih dekat. Saya sangat bahagia bisa membuka pintu Australian Museum hari ini untuk menyambut para pemain dan musisi di sini. Penampilan tersebut meningkatkan semangat dan sangat baik. Siapa yang akan menyangka bahwa mereka bisa membawakan lagu Mamma Mia – ABBA dan opera juga (Libiamo ne’ lieti calici – La Traviata) dengan kita. (Pertunjukan) ini sangat fantastis, terima kasih banyak.”

Konsul Jenderal Republik Indonesia di Sydney, Pendekar Muda Leonard Sondakh, yang hadir dalam acara ini, menambahkan bahwa pertunjukan ini bukan hanya penampilan artistik.
“Itu adalah refleksi dari standar komitmen kami untuk merawat kenetralan, kemengertian, dan kehormatan di antara dua negara ini.”
Sementara itu, Maulana Muhammad Syuhada, Founder sekaligus Pembina Tim Muhibah Angklung mengatakan penampilan ini membuktikan bahwa angklung adalah bahasa universal yang bisa dipahami siapa pun.
“Lebih dari sekadar musik, angklung juga menjadi alat untuk diplomasi budaya yang menghubungkan bangsa-bangsa melalui harmoni.”
Pengunjung yang hadir pun memberikan respon positif.
“Saya sangat terkesan. Meskipun angklung biasanya hanya satu nada dan satu goyangan, tetapi beberapa dari kalian membawa begitu banyak angklung sekaligus, dan hasilnya luar biasa!” ujar Margaret, pengunjung dari Sydney.
Kehadiran Tim Muhibah Angklung di Sydney merupakan bagian dari misi budaya mereka di Australia yang berlangsung dari 19 Agustus hingga 8 September 2025. Rangkaian tur ini mencakup penampilan di Brisbane, Sydney, Melbourne, dan Canberra melalui konser, workshop, hingga partisipasi dalam kegiatan internasional. Sebelumnya, TMA juga tampil di Pesta Rakyat Brisbane, festival tahunan terbesar komunitas Indonesia di Queensland, yang tahun ini berhasil menghadirkan lebih dari 2.000 penonton.
Lebih dari sekadar pertunjukan, aksi di Taronga Zoo dan flashmob di Australian Museum menjadi bukti komitmen TMA untuk memperluas pemahaman global tentang seni tradisional Indonesia, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk mencintai, melestarikan, dan meneruskan warisan budaya bangsa.
Sejak berdiri, Tim Muhibah Angklung menjadikan promosi dan pelestarian angklung sebagai tujuan utama. Angklung, yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda, terus diperkenalkan melalui berbagai kegiatan lintas negara. Keberhasilan tur di Australia ini semakin memperkuat posisi angklung sebagai seni tradisional yang dapat diterima masyarakat dunia tanpa kehilangan nilai aslinya.
Dengan capaian ini, TMA berharap dapat terus menghadirkan terobosan dalam memperkenalkan angklung ke panggung internasional, sekaligus menumbuhkan rasa bangga generasi muda Indonesia terhadap budaya leluhur.