• Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video
Sabtu, 27 September 2025
No Result
View All Result
SATUJABAR
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media
No Result
View All Result
SATUJABAR
No Result
View All Result

Bogor Didorong Jadi Kota Hijau UNESCO, Dedie Rachim Tegaskan Warisan Perkotaan Hijau Sejak Awal

Editor
Kamis, 07 Agustus 2025 - 06:41
(Foto: Humas Pemkot Bogor)

(Foto: Humas Pemkot Bogor)

YOGYAKARTA – Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menyampaikan komitmen kuat dalam pelestarian warisan kota dan lingkungan dengan menyebut bahwa Bogor layak diajukan sebagai salah satu Kota Hijau pertama di Asia kepada UNESCO. Hal itu diungkapkan dalam forum Rakernas XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025 yang berlangsung di Yogyakarta, Rabu (6/8).

Menurut Dedie, konsep hijau Kota Bogor bukan sekadar soal keberadaan Kebun Raya sebagai taman kota, melainkan menyangkut filosofi

dan tata ruang yang telah dirancang sejak awal berdirinya kota.

“Bogor punya perencanaan unik. Sejak awal, Kebun Raya dijadikan pusat kota — dan ini sangat jarang. Di dunia, hanya ada dua yang seperti ini: Bogor dan New York dengan Central Park-nya,” ujar Dedie melalui keterangan resmi.

Ia menegaskan bahwa kekhasan tersebut mencerminkan identitas ekologis, historis, dan budaya Kota Bogor, serta mengandung nilai-nilai tak benda yang sangat layak untuk mendapat pengakuan internasional.

“Bogor tidak hanya kaya secara fisik, tapi juga secara filosofis. Ini bisa menjadi international value yang mengangkat nama Bogor di kancah global,” tambahnya.

Fokus Pelestarian Bukan Hanya Fisik

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyoroti pentingnya tidak hanya menjaga warisan dalam bentuk fisik (tangible), tetapi juga merawat nilai-nilai dan praktik hidup yang menjadi jiwa dari sebuah kota.

“Sering kali, kita terlalu fokus pada bangunan, zona, kawasan. Padahal yang tak kasat mata—ingatan kolektif, nilai, makna—itu justru yang membentuk jati diri kota,” kata Sri Sultan.

Ia menekankan bahwa pelestarian seharusnya menjadi proses sosial yang hidup, tidak berhenti pada simbol dan administrasi, tapi melibatkan dialog, partisipasi, dan kesadaran kolektif masyarakat.

“Pusaka itu bukan hanya benda mati. Ia adalah jati diri kota yang terus hidup. Maka dari itu, pelestarian harus kontekstual, inklusif, dan mampu menjawab tantangan zaman,” tambahnya.

Sri Sultan juga meyakini bahwa JKPI memiliki peran strategis sebagai penggerak, bukan hanya penjaga pusaka. Ia mengajak seluruh anggota JKPI untuk menjadikan Rakernas ini sebagai titik tolak penguatan arah pelestarian kota yang lebih berkelanjutan dan bermakna.

Rangkaian Kegiatan JKPI 2025

Rakernas JKPI 2025 tak hanya berisi forum pertemuan kepala daerah, namun juga diisi oleh berbagai kegiatan budaya seperti Seminar Nasional, Festival Sastra Yogyakarta, Pasar Malam Indonesia, serta pentas budaya dan street performance di kawasan Malioboro dan Titik Nol Kilometer.

Forum tahunan ini diharapkan menjadi ruang strategis untuk memperkuat jejaring kota pusaka di Indonesia, serta mendorong integrasi antara pelestarian budaya dan pembangunan berkelanjutan di berbagai daerah.

Tags: kota bogorkota hijau

Category

  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Headline
  • Opini
  • Pilihan
  • Sport
  • Tutur
  • UMKM
  • Uncategorized
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2022 SATUJABAR.COM

No Result
View All Result
  • Berita
  • Tutur
  • UMKM
  • Gaya Hidup
  • Sport
  • Video

© 2022 SATUJABAR.COM

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.