SATUJABAR, BANDUNG–Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali buka suara terkait kebijakannya melarang study tour di sekolah. Kegiatan study tour, wisuda, hingga perpisahan siswa, terutama di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, untuk mengurangi beban orangtua agar tidak terjerat utang.
“Larangan kegiatan study tour, wisuda, perpisahan siswa, sebenarnya itu strategi saya untuk menekan agar masyarakat Jawa Barat tidak lagi meminjam atas nama sekolah. Mengurangi beban orangtua siswa agar tidak terjerat utang, terhindar utang bank gelap dan pinjaman online,” ujar Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (25/07/2025).
Dedi Mulyadi menyebutkan, pengeluaran rutin orangtua setiap hari untuk uang jajan anak-anaknya. Rata-rata uang jajan siswa Rp.15 ribu per hari, yang dinilai cukup besar buat kalangan masyarakat kurang mampu.
“Bagaimana keluarga miskin Rp.15 ribu (uang jajan) itu, jadinya ditekan dengan pola MBG (Makan Bergizi Gratis), misalnya, atau dengan membawa bekal sendiri dari rumah. Sehingga kita akan arahkan itu untuk ditabungkan,” kata Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi mengungkapkan, efisiensi biaya selama masa sekolah bisa dialokasikan orangtua siswa untuk menabung. Ditabungkan untuk keperluan lebih besar di masa depan, seperti berusaha mencicil, atau bisa membeli rumah.
Dedi Mulyadi menekankan, bisa membangun jiwa perjuangan pada anak-anak, maka mereka tidak perlu menghabiskan uang untuk jajan. Sementara orangtuanya bisa fokus untuk mencicil dan memiliki rumah.
“Dengan begitu, dalam waktu tidak terlalu lama, orang Jawa Barat bisa pada punya rumah sendiri,” harap Dedi Mulyadi.(chd).