BANDUNG – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya memperkuat hilirisasi serta meningkatkan daya saing industri tembaga dan timah nasional.
Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung industri hilir, seperti otomotif, elektronik, peralatan listrik, dan energi terbarukan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki cadangan tembaga yang besar, mencapai sekitar 28 juta ton, menjadikannya sebagai negara dengan cadangan tembaga terbesar ketujuh di dunia.
Selain itu, Indonesia adalah produsen timah terbesar kedua di dunia, dengan kontribusi sebesar 14 persen terhadap total produksi global.
“Potensi besar ini perlu dioptimalkan untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi bagi ekonomi nasional,” ungkap Setia dalam keterangannya di Jakarta.
Dalam rangka itu, Direktorat Industri Logam menyelenggarakan Copper and Tin Industry Forum 2024 yang dihadiri oleh pemangku kepentingan dari sektor industri tembaga dan timah, termasuk perwakilan pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, dan akademisi.
Forum ini diharapkan menjadi wadah diskusi dan kolaborasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tembaga dan timah di Indonesia, serta memperkuat sektor hilir agar lebih berdaya saing di pasar global. “Kami berharap terbentuk sinergi yang optimal untuk memperkuat rantai pasok nasional dan membuka peluang investasi,” imbuh Setia.
Tekan Ekspor Bahan Mentah
Salah satu tantangan utama dalam industri ini adalah mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Saat ini, sebagian besar tembaga Indonesia diekspor dalam bentuk konsentrat dengan nilai tambah rendah.
Mulai 1 Januari 2025, konsentrat tembaga dan lumpur anoda akan dilarang ekspornya sebagai upaya mendorong hilirisasi lebih lanjut. Namun, timah masih banyak diekspor dalam bentuk logam mentah.
“Hilirisasi harus menjadi fokus utama untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah lebih tinggi, seperti katoda tembaga dan tin plate,” tegasnya.
Setia juga mengungkapkan bahwa Kemenperin akan membentuk material center untuk tembaga dan timah. Pusat ini diharapkan menjadi induk inovasi dan distribusi bahan baku yang terkoordinasi untuk industri dalam negeri, mendukung hilirisasi, dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission, forum ini juga mengangkat pentingnya penerapan prinsip ekonomi sirkular dan green industry. Penggunaan bahan baku daur ulang dan pengelolaan limbah menjadi isu utama untuk mencapai industri yang berkelanjutan.
Kemenperin mengapresiasi partisipasi aktif peserta forum dalam diskusi konstruktif.
“Kami berharap forum ini mendorong kolaborasi nyata antara produsen dan pengguna bahan baku tembaga dan timah, sehingga pemanfaatan bahan baku lokal dapat lebih dioptimalkan,” pungkas Rizky Aditya Wijaya, Direktur Industri Logam Kemenperin.