Berita

Status Gunung Ibu Diturunkan ke Siaga

BANDUNG – Status Gunung Ibu diturunkan ke siaga terhitung 28 Januari 2025 pukul 17.00 WIT berdasarkan keterangan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

PVMBG menurunkan Tingkat Aktivitas G. Ibu, Halmahera Barat menjadi Level III (Siaga) dari sebelumnya Level IV (Awas). Tingkat aktivitas G. Ibu akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan.

“Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas vulkanik pada G. Ibu, maka tingkat aktivitas G. Ibu diturunkan dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga) terhitung mulai tanggal 28 Januari 2025 pukul 17.00 WIT,” ujar Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid di Bandung, Selasa (28/1) melalui keterangan resmi.

Wafid meminta masyarakat di sekitar G. Ibu tetap tenang, tidak beraktivitas dalam radius 4 km dan sektoral 5 km dari kawah serta menggunakan masker dan kacamata saat beraktivitas di luar ruangan.

“Masyarakat di sekitar G. Ibu dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati G. Ibu di dalam radius 4 km dan sektoral 5 km dari arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif G. Ibu. Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker), dan mata (kacamata),” pintanya.

Perkembangan terakhir aktivitas G. Ibu hingga 28 Januari 2025 dilaporkan petugas Pos Pengamatan G. Ibu adalah sebagai berikut:

  • Pengamatan visual periode 1-27 Januari 2025 menunjukkan gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.
  • Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang, dengan tinggi sekitar 100-600 meter dari puncak. Pada beberapa kejadian erupsi, suara dentuman serta gemuruh terdengar hingga ke Pos PGA Ibu, disertai lontaran lava pijar yang mencapai radius hingga sekitar 1,5 km dari bibir kawah.
  • Pengamatan visual pada 28 Januari 2025 menunjukkan gunung jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 100-200 meter di atas puncak kawah.
  • Pengamatan kegempaan pada periode 1-27 Januari 2025 mencatat terjadi sebanyak 1.747 kali gempa letusan, 87 kali gempa guguran, 2.976 kali gempa hembusan, 427 kali gempa harmonik, 25 kali gempa tornillo, 11.746 kali gempa vulkanik dangkal, 665 kali gempa vulkanik dalam, 88 kali gempa tektonik lokal, 1 kali gempa terasa (Skala IV MMI), dan 522 kali gempa tektonik jauh.
  • Pengamatan kegempaan pada tanggal 28 Januari 2025 hingga pukul 12.00 WIT mencatat kegempaan yang terjadi di G. Ibu sebanyak 31 kali gempa letusan/erupsi, 39 kali gempa hembusan, 7 kali tremor harmonik, 168 kali gempa vulkanik dangkal, 7 kali gempa vulkanik dalam, 2 kali gempa tektonik lokal, dan 6 kali gempa tektonik jauh.
  • Pengamatan data deformasi dari pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) pada reflektor Tolisaor 1 (bawah) dan Tolisaor 2 (atas) menunjukkan tren deflasi.

Gunungapi (G.) Ibu merupakan gunungapi tipe strato dan memiliki tinggi puncak 1.340 m di atas permukaan laut pada koordinat 1?29′ LU dan 127?38′ BT. Secara administratif, gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Gunungapi Ibu diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berlokasi di Desa Gam Ici, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.

Dalam sejarah aktivitas vulkaniknya, letusan G. Ibu tercatat sejak tahun 1911. Mulai tahun 1998 muncul sumbat lava yang kemudian tumbuh menjadi kubah lava. Seiring dengan pertumbuhan kubah lava, terjadi erupsi-erupsi dengan intensitas lemah hingga sedang.

Sejak tahun 2020-2023 frekuensi erupsinya semakin berkurang setiap hari, namun kolom letusan cenderung bertambah tinggi. Kondisi ini berhubungan dengan meningkatnya gempa-gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam. Saat ini, kubah lava di G. Ibu telah melampaui dinding kawah sehingga mengakibatkan terjadinya guguran lava ke arah utara dan barat laut.

Editor

Recent Posts

PPDS Anestesi Unpad di RSHS Dibuka Lagi Usai Terseret Kasus Pemerkosaan

SATUJABAR, BANDUNG--Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad), membuka kembali Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi…

6 jam ago

CTRL+J APAC 2025 Hari Kedua: Ketika AI, Bahasa Lokal, dan Keadilan Data Jadi Sorotan

JAKARTA - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan International Fund for…

8 jam ago

Babak Baru Lisa Mariana VS Ridwan Kamil, PN Bandung Kabulkan Gugatan Revelino Klaim Sebagai Ayah Biologis

SATUJABAR, BANDUNG--Perseteruan Selegram Lisa Mariana melawan Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dengan saling menggugat…

14 jam ago

Dana Jurnalisme Indonesia: Urgensi untuk Keberlanjutan Jurnalisme Berkualitas

JAKARTA - Krisis finansial yang dihadapi media berita di Indonesia membutuhkan intervensi dari para pemangku…

15 jam ago

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Meningkat di Triwulan II 2025

JAKARTA - Hasil Survei Perbankan yang dirilis Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa penyaluran kredit baru…

15 jam ago

Kesepakatan Perdagangan Jadi Mekanisme Hukum Aman untuk Transfer Data Pribadi ke AS

JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menegaskan bahwa finalisasi kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan…

16 jam ago

This website uses cookies.