Prasasti Cikapundung Tamansari.(Foto: Dok. Humas Kota Bandung)
Di tengah deru kendaraan dan padatnya permukiman Kota Bandung, tepatnya di Kampung Cimaung, Kelurahan Tamansari, sebuah batu tua berdiri diam di tepi Sungai Cikapundung. Batu itu tak banyak bicara, tapi dua baris tulisan samar di permukaannya menyimpan kisah yang menunggu untuk dikuak.
Sudah puluhan tahun batu itu berdiri di sana, sebagian tubuhnya tertanam di tanah, seolah menanti seseorang datang untuk mendengarkan cerita yang terlupakan. Batu itu pertama kali ditemukan pada tahun 1959 oleh seorang warga bernama Oong Rusmana. Ia mungkin tak menyangka, bahwa temuan sederhana itu akan mengundang rasa ingin tahu para ahli dari berbagai penjuru.
Kini, lebih dari enam dekade setelah penemuan itu, harapan untuk membuka kembali lembaran sejarah masa lalu pun kembali menyala. Pada 9 Juli 2025, penelitian terhadap batu yang diduga sebagai Prasasti Cikapundung Tamansari resmi dimulai. Kegiatan ini bukan sekadar penggalian arkeologis, tapi perjalanan menelusuri jejak masa lalu yang mungkin telah terkubur berabad-abad lamanya.
Dipimpin oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, tim peneliti terdiri dari para arkeolog, epigraf, konservator, hingga antropolog. Mereka datang dengan semangat yang sama: membongkar misteri tulisan kuno yang terukir di atas batu sepanjang 180 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 55 cm.
Tulisan itu diduga beraksara Sunda Kuna—salah satu bentuk aksara yang menjadi saksi bisu perkembangan budaya dan peradaban masyarakat Sunda tempo dulu. Tapi, belum ada satu pun yang benar-benar yakin. Sejumlah akademisi seperti Nandang Rusnanda, Titi Surti Nasriti, Anton Ferdianto, hingga Muhammad Zakaria Hidayat pernah mengkaji batu ini. Namun, belum ada kesimpulan pasti. Batu itu tetap menjadi teka-teki sejarah yang belum terpecahkan.
Selama 10 hari ke depan, hingga 18 Juli 2025, tim akan melakukan ekskavasi langsung di lokasi. Tanah akan digali perlahan, batu dibersihkan dengan hati-hati, dan setiap guratan akan diteliti dengan cermat. Mereka berharap, dari penelitian ini akan lahir pemahaman baru—bukan hanya soal usia dan keaslian prasasti, tapi juga tentang siapa yang pernah hidup di kawasan Cikapundung, apa yang mereka yakini, dan bagaimana mereka membingkai kehidupan dalam bahasa dan aksara yang kini nyaris terlupakan.
Sungai Cikapundung, yang dulu mungkin menjadi pusat kehidupan spiritual atau permukiman penting, kini kembali menjadi saksi. Saksi bisu atas upaya manusia masa kini untuk menyapa masa lalu yang telah lama membisu.
Dan siapa tahu—dari tepi sungai yang tenang ini, Bandung akan menemukan kembali bagian penting dari jati dirinya. Sebuah prasasti, sepotong sejarah, dan warisan budaya yang tak ternilai.
Sumber: Humas Pemkot Bandung
SATUJABAR, BANDUNG--Polda Jawa Barat kembali menangkap pelaku yang terlibat dalam sindikat perdagangan bayi, atau Tindak…
SATUJABAR, BANDUNG--Selegram sekaligus model majalah dewasa, Lisa Mariana, mengakui, sebagai pemeran dalam video asusila, atau…
SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Antam Rabu 16/7/2025 dikutip dari situs PT Aneka Tambang Tbk…
SATUJABAR, BANDUNG – Rekomendasi saham Rabu (16/7/2025) emiten Jawa Barat. Berikut harga saham perusahaan go…
TOKYO — Ganda putri Indonesia, Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti, sukses melangkah ke babak…
TOKYO— Andalan Indonesia di sektor tunggal pada Japan Open 2025 harus kandas lebih awal. Gregoria…
This website uses cookies.