Jamaah dari berbagai negara mengerjakan wuuf di Arafah. (Dok. Isitmewa)
Penting menjaga lisan dan sikap selama di Arafah karena Nabi SAW melarang mencaci ayam yang membangunkan saat subuh, apalagi mencaci manusia.
SATUJABAR, JAKARTA — Wukuf di Arafah merupakan puncak dari rangkaian ibadah haji. Tanpa melaksanakan wukuf, ibadah haji seseorang dianggap tidak sah.
Oleh karena itu, seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia diwajibkan untuk hadir di Arafah, meskipun dalam kondisi tidak sehat.
Wukuf di Arafah berlangsung pada 9 Dzulhijjah, mulai dari tergelincir matahari hingga fajar 10 Dzulhijjah. Tidak seperti sholat yang memiliki bacaan-bacaan wajib, wukuf lebih bersifat pasif. Jamaah cukup berdiam diri, berdoa, dan berdzikir.
Musytasyar Diny PPIH Arab Saudi, KH Abdul Moqsith Ghazali mengatakan, Arafah bukan bagian dari kota Makkah, namun di sanalah tempat paling mustajab untuk berdoa.
“Arafah adalah perjumpaan langsung antara Allah dan hamba-Nya. Maka, berdoalah sebaik-baiknya. Minta semua yang diinginkan, dan doakan kebaikan bagi orang lain,” ujar Kiai Moqsith dalam keterangan tertulisnya.
Dia mengingatkan, pentingnya menjaga lisan dan sikap selama di Arafah. “Jangan mencaci atau melaknat siapa pun. Bahkan Nabi melarang mencaci ayam yang membangunkan saat subuh, apalagi mencaci manusia,” ucap dia.
Kiai Moqsith menjelaskan, haji itu Arafah. Pernyataan Nabi Muhammad SAW tersebut menegaskan bahwa Arafah adalah inti dari ibadah haji.
Kiai Moqsith mengatakan, seluruh jamaah, termasuk yang uzur, harus dibawa ke Arafah selama masih memungkinkan. Bahkan, dalam keadaan berbaring sekalipun, jamaah tetap diwajibkan wukuf. Untuk jamaah sakit dan lanjut usia, skema safari wukuf menjadi solusi agar mereka tetap bisa menjalankan rukun haji ini.
Lebih dari sekadar kewajiban, Arafah memiliki makna spiritual yang mendalam. Nama Arafah disebut dalam Alquran dengan bentuk jamak Arafaat, yang menurut Kiai Moqsith, memiliki sejumlah makna historis dan religius. Salah satunya adalah tempat pertemuan kembali Nabi Adam dan Siti Hawa setelah lama terpisah.
Selain itu, menurut dia, Arafah juga diyakini sebagai lokasi Malaikat Jibril memperkenalkan manasik haji kepada Nabi Ibrahim. “Dari kata Araftu yang berarti ‘aku telah mengetahui’, maka disebutlah tempat itu sebagai Arafah,” katanya.
Namun, karena kondisi cuaca di Arafah yang ekstrem, jamaah diimbau untuk tetap berada di dalam tenda, kecuali jika harus ke toilet. Selama di Arafah, jamaah akan melaksanakan salat Dzuhur berjamaah, mendengarkan khutbah, dan memperbanyak doa, dzikir, serta membaca Alquran.
Kiai Moqsith juga mengingatkan agar jamaah tetap mematuhi larangan ihram selama di Arafah. Dengan memahami makna dan keutamaan wukuf ini, diharapkan para jamaah bisa menjalani momen sakral ini dengan penuh khidmat dan kesadaran spiritual yang mendalam. (yul)
SATUJABAR, KARAWANG--Polres Karawang, Jawa Barat, berhasil menangkap pelaku pembuang mayat bayi berjenis kelamin laki-laki dengan…
SATUJABAR, CIMAHI--Polres Cimahi, Jawa Barat, berhasil mengungkap kasus pembunuhan terhadap wanita paruh baya bernama Tati…
SATUJABAR, INDRAMAYU--Kematian atlet muda bulutangkis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Ainun Al Munawar akibat kecelalalan lalu-lintas,…
SATUJABAR, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pemantauan kejadian bencana yang terjadi di…
SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Antam Selasa 28/10/2025 dikutip dari situs logammulia.com dijual Rp 2.282.000…
SATUJABAR, SUKABUMI--Musibah banjir dan tanah longsor melanda wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, setelah diguyur hujan…
This website uses cookies.