Gedung Merdeka Bandung (Wikipedia)
SATUJABAR, BANDUNG – Kawasan legendaris Asia Afrika di Kota Bandung berpeluang jadi bagian dari program Memory of the World UNESCO, lho! Pemerintah Kota Bandung saat ini tengah mengusulkan kawasan bersejarah tersebut agar diakui secara global sebagai salah satu situs penting dunia.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyebut upaya ini bukan cuma soal bangunan tua atau tampilan kota, tapi tentang menjaga “jiwa” Bandung itu sendiri.
“Cagar budaya itu bukan cuma soal tembok atau ornamen lama. Di balik itu ada cerita, ada karakter, bahkan jiwa kota yang harus kita jaga bersama,” ujar Farhan saat menghadiri Sosialisasi Perda Cagar Budaya di Hotel Mercure, Senin (25/8/2025) melalui keterangan resmi.
Farhan mencontohkan sejumlah kawasan yang masih bisa diselamatkan warisan sejarahnya, seperti Jalan Asia Afrika, Jalan Supratman, dan Cipaganti. Namun ia juga mengakui, ada wilayah yang kondisinya sudah sulit dipertahankan—seperti kawasan Cihampelas dan Jalan Riau—karena tekanan pembangunan modern.
Salah satu tantangan menarik datang dari warga yang ingin menjual rumah warisan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya dengan harga fantastis: Rp19 miliar!
“Mau bilang iya juga bingung. Soalnya itu bukan uang saya pribadi, harus lewat DPRD,” katanya sambil tersenyum.
Farhan juga menegaskan pentingnya para pejabat kota untuk bekerja sesuai aturan dan menghindari konflik kepentingan dalam urusan cagar budaya. Ia bahkan menyebut, kalau sampai ada pegawai melanggar, sanksinya akan tegas.
Salah satu contoh yang ia soroti adalah Kebun Binatang Bandung. Menurutnya, kawasan itu kaya nilai sejarah, tapi kini posisinya kurang ideal karena terlalu dekat dengan pemukiman dan jalan umum.
“Masalah kayak gini nggak bisa diselesaikan sepihak. Pemerintah harus seimbang, dan tetap patuh aturan,” jelasnya.
Ia juga menyebut Sumur Bandung—yang sering dipertanyakan warga soal status cagar budayanya—sebagai contoh pentingnya edukasi yang berkelanjutan.
“Kenapa sumur bisa jadi cagar budaya? Nah, ini PR kita. Edukasinya nggak bisa cuma sekali, harus terus menerus,” tambahnya.
Farhan juga menekankan perlunya kolaborasi, termasuk dengan TNI AD yang punya banyak aset bangunan bersejarah di Bandung. Ia berharap, bangunan tua bisa dimanfaatkan secara kreatif—seperti dijadikan museum atau kafe—asal tetap mengikuti aturan dan melalui dialog terbuka.
“Kalau bisa jadi museum atau tempat nongkrong keren, kenapa nggak? Tapi semua harus diajak ngobrol dulu, nggak bisa main klaim,” katanya.
Di akhir, Farhan mengajak semua pihak untuk mencari titik tengah dalam menjaga sejarah dan mengikuti perkembangan zaman.
“Bukan soal menang atau kalah. Tapi bagaimana kita bisa menjaga keseimbangan demi masa depan Bandung,” tutupnya.
SATUJABAR, BANDUNG – Rekomendasi saham Selasa (26/8/2025) emiten Jawa Barat. Berikut harga saham perusahaan go…
SATUAJABAR, SYDNEY – Tim Muhibah Angklung (TMA), komunitas seni budaya asal Bandung yang konsisten memperkenalkan…
SATUJABAR, JAKARTA - Dua tokoh nasional yang dikenal karena pengabdian luar biasa mereka dianugerahi Tanda…
SATUJABAR, BANDUNG - Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Tanda Kehormatan Republik Indonesia kepada para tokoh di…
SATUJABAR, BANDUNG – Indonesia mencatat kemenangan penting dalam sengketa perdagangan internasional melawan Uni Eropa (UE)…
SATUJABAR, GARUT - Kabar gembira datang dari pesisir selatan Garut! Pantai Cidora di Kecamatan Caringin…
This website uses cookies.