Berita

Informasi Gunungapi:  Aktivitas Tangkuban Parahu Masih Normal

BANDUNG – Gunungapi Tangkuban Parahu merupakan gunungapi aktif yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Gunungapi ini memiliki 9 kawah dengan dua kawah utama berada di area puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas.

Erupsi G. Tangkuban Parahu pada umumnya berupa letusan freatik dari Kawah Ratu. Keindahan pemandangan sekitar kawah menjadikan area sekitar G. Tangkuban Parahu sering dikunjungi oleh wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Aktivitas erupsi terakhir G. Tangkuban Parahu pada tahun 2019 dimulai dengan erupsi freatik dari Kawah Ratu, yaitu pada tanggal 26 Juli 2019 pukul 15:48 WIB terjadi erupsi freatik di kawah Ratu, seiring dengan meningkatnya tingkat kejadian aktivitas erupsi yang cukup signifikan, maka sejak tanggal 2 Agustus 2019 pukul 08:00 WIB tingkat aktivitas G. Tangkuban Parahu ditingkatkan menjadi Level II (Waspada).

Setelah menjalani fase erupsi selama hampir 3 bulan lamanya, aktivitas vulkanik mengalami penurunan secara signifikan sehingga tingkat aktivitasnya kembali diturunkan menjadi level I (Normal) tanggal 21 Oktober 2019 pukul 09:00 WIB.

Pada tanggal 18 Agustus 2024 terdapat informasi dari warga di sekitar Gunungapi Tangkuban Parahu yang menginformasikan keluarnya abu vulkanik yang keluar dari kawah yang mengakibatkan pedih di mata.

Hingga saat ini tingkat aktivitas vulkanik G. Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal), ditandai dengan aktivitas hembusan asap dari Kawah Ratu berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, dengan ketinggian 5 – 150 m di atas dasar kawah dan 5 – 175 m di atas dasar Kawah Ecoma. Tidak teramati keluarnya abu vulkanik di sekitar kawah ratu.

Pantauan Badan Geologi

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid mengemukakan  rekaman kegempaan selama Januari hingga 18 Agustus 2024 menunjukkan gempa hembusan kurang dari 5 kejadian perhari dan gempa vulkanik yang berasosiasi dengan suplai magma sangat jarang terekam dan tidak terekam adanya kejadian gempa letusan/erupsi.

Hasil pengukuran deformasi dengan peralatan Tiltmeter dan Electronic Distance Measurement (EDM), mengindikasikan relatif terjadi inflasi pada segmen UPAS dan tidak terjadi pola perubahan deformasi pada segmen LERENG.

Berdasarkan hasil pengukuran multigas yg berada di selatan bibir kawah ratu dengan periode pengukuran setiap 6 jam/hari (pkl. 00.00, 06.00, 12.00, 18.00 wib), pengukuran gas periode 12 -18 Agustus 2024 berada pada kondisi normal dengan konsentrasi gas terukur untuk CO2: 410-435 ppm (ambang batas 5000ppm), H2S: 0.1-3.5 ppm (ambang batas 10-15 ppm), dan SO2 < 0.1 ppm (ambang batas 5 ppm).

Baik konsentrasi maupun rasio gas tidak memperlihatkan kecenderungan peningkatan, kondisinya hanya berfluktuasi.

Namun demikian karena lokasi pengukuran gas yang berbeda antara lokasi stasiun dan lokasi pengunjung maka data konsentrasi gas dari multigas tersebut (selatan) tidak dapat menggambarkan data konsentrasi gas yang mengarah ke pengunjung (tenggara-timur).

Jika pengunjung merasakan perih di mata kemungkinan pada saat itu gas-gas dari kawah sedang mengarah ke pengunjung dan karena pengunjung berada di lokasi cukup lama hal itu dapat menyebabkan iritasi di mata.

Namun hal ini sangat tergantung dengan kondisi ketahanan tubuh dari masing-masing orang/pengunjung. Paparan gas vulkanik sangat dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin di sekitar kawah.

Pada saat ini tingkat aktivitas G. Tangkuban Parahu dinilai masih berada pada Level I (Normal),” katanya melalui siaran pers.

Rekomendasi

Pihaknya juga mengeluarkan rekomendasi kepada masyarakat dan pengunjung/wisatawan

-tidak mendekat ke dasar kawah, tidak berlama-lama dan tidak menginap di area kawasan kawah-kawah aktif yang berada di Tangkuban Parahu.

-segera menjauhi/meninggalkan area sekitar kawah jika teramati peningkatan intensitas/ketebalan asap kawah dan/atau jika tercium bau gas yang menyengat untuk menghindari potensi bahaya paparan gas beracun maupun erupsi

-Perlu diwaspadai potensi bahaya berupa erupsi freatik, yaitu erupsi yang terjadi tanpa ada peningkatan gejala vulkanik yang jelas atau signifikan. Erupsi freatik jika terjadi dapat disertai hujan abu dan lontaran material di sekitar kawah.

Masyarakat di sekitar G. Tangkuban Parahu dan calon pengunjung TWA G. Tangkuban Parahu serta obyek wisata yang dekat dengan gunungapi ini diharap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunungapi Tangkuban Parahu dan tetap mengikuti perkembangan aktivitas.

Editor

Recent Posts

Rem Blong Penyebab Tabrakan Maut di Subang, 2 Tewas 8 Luka-Luka

SATUJABAR, SUBANG -- Satuan Lalu-Lintas (Satlantas) Polres Subang, Jawa Barat, sudah mengidentifikasi 2 korban tewas…

7 jam ago

KPU Jabar Gunakan Sirekap untuk Hitung Suara Pilkada 2024

Sirekap merupakan alat bantu yang bertujuan untuk mempermudah rekapitulasi penghitungan suara. SATUJABAR, BANDUNG -- Komisi…

9 jam ago

Gara-Gara Ikuti Google Map, Pemuda Ini Tersesat di Hutan Cihirup, Ditemukan dalam Keadaan Linglung

Maksud hati ingin bisa cepat sampai rumah, tapi malah nyasah ke tengah hutan. SATUJABAR, KUNINGAN…

9 jam ago

Kilang Balongan Bidik Proper Emas dari Program TJSL-nya

kelompok masyarakat yang menjalani program TJSl tak hanya mendapat manfaat ekonominya, namun turut menjaga kelestarian…

9 jam ago

Direktur Ressiber Polda Jabar: 1.724 Situs Judi Online Temuan Patroli Siber Dilaporkan ke Kemenkominfo

Direktorat Reserse Siber (Ditressiber) Polda Jawa Barat (Jabar), telah mengidentifikasi sebanyak 1.724 situs judi online…

10 jam ago

Bruno Mars dan ROSÉ dari BLACKPINK berkolaborasi dalam single baru berjudul “Apt!”

SATUJABAR, BANDUNG -- ROSÉ dan Bruno Mars telah mengumumkan kolaborasi mereka dalam single baru berjudul…

11 jam ago

This website uses cookies.