BANDUNG – BRIN dan PT Intraco Agroindustry bekerja sama untuk mengendalikan penyakit pada udang vaname.
Seperti diketahui komoditas udang Vaname (Litopenaeus vannamei) kini menjadi prioritas dalam sektor perikanan budidaya di Indonesia, mengingat nilai ekonominya yang tinggi dan permintaan internasional yang terus meningkat, terutama dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Cina, dan Jepang.
Namun, produksi udang Vaname dihadapkan pada kendala serius akibat serangan bakteri Vibrio parahaemolyticus, yang menyebabkan penyakit akut Acute Hepatopancreas Necrosis Disease (AHPND) dan berdampak signifikan terhadap nilai ekonomi industri ini.
Untuk mengatasi isu tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Mikrobiologi Terapan (PRMT) menjalin Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT Intraco Agroindustry. Kerja sama ini difokuskan pada riset dan inovasi dalam pengembangan aplikasi bakteriofag, khususnya Vibriofag, untuk mengendalikan bakteri penyebab AHPND pada udang Vaname. Penandatanganan PKS ini berlangsung di Gedung BNC KST Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, pada Rabu, 8 Januari 2025.
Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan (PRMT) BRIN, Ahmad Fathoni, mengungkapkan bahwa tujuan utama kerja sama ini adalah untuk mengembangkan teknologi aplikasi bakteriofag yang dapat mencegah penyakit vibriosis AHPND pada berbagai tahapan budidaya udang Vaname, mulai dari pembibitan, hatchery, hingga pembesaran. “Kerja sama ini sudah dimulai pada tahap trial dengan aplikasi skala terbatas, dan hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan antara perlakuan dengan kontrol. Kami berharap, selain mengendalikan penyakit, ini juga akan meningkatkan produktivitas udang Vaname sesuai dengan program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas udang sebesar 30%,” ujar Ahmad dikutip situs BRIN.
Selain itu, Novik Nurhidayat, Peneliti Ahli Madya PRMT BRIN, menjelaskan bahwa riset ini bertujuan untuk mengisolasi dan menyeleksi jenis Vibriofag yang paling efektif untuk mengendalikan Vibrio parahaemolyticus. “Metode yang kami gunakan melibatkan isolasi dan perbanyakan Vibriofag yang spesifik untuk target Vibrio yang paling virulen. Vibriofag ini kemudian dipanen dan diformulasikan untuk diaplikasikan pada proses produksi benur udang di hatchery,” jelas Novik.
Menurut Novik, Vibriofag yang telah diseleksi akan mencari dan menginfeksi bakteri Vibrio, mereplikasi diri menjadi ribuan Vibriofag baru, dan keluar untuk menghancurkan sel-sel bakteri Vibrio. Proses ini akan berlanjut secara dinamis, mengontrol jumlah bakteri Vibrio sehingga tidak mengganggu pertumbuhan benur menjadi udang yang sehat. “Hasilnya, udang akan tumbuh dengan baik dan bebas dari penyakit AHPND, bahkan lebih tahan terhadap serangan penyakit lainnya seperti Enterocytozoon hepatopenaei (EHP),” paparnya.
Ia juga menekankan bahwa metode ini memiliki keunggulan karena Vibriofag dapat berkembang biak lebih cepat daripada bakteri Vibrio, sehingga peluang resistensinya sangat kecil. Aplikasi Vibriofag ini sederhana, efisien, dan hanya memerlukan jumlah minimal serta tidak perlu diulang-ulang, karena Vibriofag akan terus bereplikasi dengan sendirinya.
Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan produksi udang Vaname dapat meningkat, mengatasi masalah penyakit yang mengancam industri perikanan budidaya Indonesia, dan secara signifikan meningkatkan produktivitas udang di tanah air.
BANDUNG - Anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) Daerah Pemilihan Jawa…
BANDUNG - Anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) Daerah Pemilihan Jawa…
SATUJABAR,BOGOR-- Tim gabungan Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Jawa Barat dan Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba)…
BANDUNG - Ekonomi Indonesia pada tahun 2024, yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas…
BANDUNG - Ekonomi Jabar triwulan IV 2024 tumbuh 5,02 Persen (Y on Y) dan 2,05…
SATUJABAR, BOGOR-- Enam orang dari delapan korban tewas dalam kecelakaan tabrakan beruntun di Gerbang Tol…
This website uses cookies.