Suhu rata-rata naik 1,5 derajat celcius akibat perubahan cuaca ekstrem, kata Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin. (Pixabay)
BANDUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus berupaya aktif dalam menanggulangi emisi gas rumah kaca guna mengurangi laju perubahan iklim global.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah dengan membangun tower pemantauan gas rumah kaca (GRK) beserta pos pemantauan GRK di berbagai daerah di Indonesia.
Upaya ini sekaligus merupakan dukungan BMKG dalam menyediakan data yang lebih akurat untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060.
“Dalam upaya menekan emisi dan memperkuat penyerapan gas rumah kaca berdasarkan observasi dan sains terkini, BMKG tengah mengembangkan program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS). Implementasi kedua program tersebut melibatkan pembangunan tower pemantauan untuk mengamati gas rumah kaca, yang hasilnya akan dihitung menggunakan model kimia atmosfer,” ujar Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dalam acara peresmian Tower GRK 100 meter di Jambi hari Kamis (18/7/2024).
Peresmian Tower Pemantauan GRK Terintegrasi berlokasi di Stasiun Klimatologi Jambi dihadiri secara daring oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Turut serta dalam acara tersebut adalah Wakil Gubernur Jambi, Abdullah Sani, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Laksmi Dhewanthi, serta Direktur Lingkungan Hidup – Bappenas, Priyanto Rohmattullah.
Peluncuran Tower Pemantauan GRK Terintegrasi di Jambi juga menjadi rangkaian peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Hari MKG) ke-77 dan menyambut HUT ke-79 Republik Indonesia.
Program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS), yang diinisiasi oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), bertujuan untuk memantau dan melaporkan konsentrasi serta perubahan gas rumah kaca secara global.
Program ini memberikan informasi komprehensif mengenai siklus gas rumah kaca di atmosfer dan permukaan Bumi, sehingga dapat meningkatkan prediksi terhadap perubahan iklim global di masa mendatang.
Menurut Dwikorita, perubahan iklim semakin mengkhawatirkan dan berdampak luas, seperti peningkatan suhu udara global, gangguan siklus hidrologi, dan meningkatnya frekuensi bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia.
Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang lebih intensif dan konsisten dari semua negara untuk memperlambat laju perubahan iklim ini.
Dwikorita juga menyoroti hasil dari Global Risks Perception Survey (GRPS) 2024 yang dirilis oleh World Economic Forum, yang menunjukkan bahwa cuaca ekstrem merupakan ancaman risiko terbesar yang menjadi perhatian global karena dapat mengganggu rantai pasok barang penting, termasuk makanan dan energi.
Kekhawatiran terhadap cuaca ekstrem jauh lebih dominan dibandingkan dengan kekhawatiran terhadap masalah seperti misinformasi dan disinformasi akibat artificial intelligence (AI), polarisasi sosial dan politik, krisis biaya hidup, serangan siber, dan penurunan ekonomi.
SATUJABAR, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) terus mendorong pelaku industri…
SATUJABAR, BANDUNG – Rekomendasi saham Senin (15/9/2025) emiten Jawa Barat. Berikut harga saham perusahaan go…
SATUJABAR, SUMEDANG – Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menghadiri peringatan Milad ke-48 Badan Komunikasi Pemuda…
SATUJABAR, BANDUNG – Sekitar 5.000 warga dari berbagai komunitas, organisasi kemasyarakatan, LSM, dan relawan menggelar…
SATUJABAR, BANDUNG – Ethica Group resmi menggelar Gala Road Show Sarimbit Indonesia (GRSI) 2026 bertajuk…
SATUJABAR, BANDUNG – City vs MU berakhir dengan skor 3-0 sedangkan Liverpool mampu mencuri poin…
This website uses cookies.