BANDUNG – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, memberikan apresiasi kepada Nissa Wargadipura yang berhasil meraih penghargaan internasional Food HERO’s dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO). Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas kontribusi Nissa dalam pengembangan agroekologi di Kabupaten Garut.
Apresiasi tersebut disampaikan dalam pertemuan di Ruang Pamengkang, Kecamatan Garut Kota, pada Minggu (27/10/2024). Nurdin menyatakan kebanggaannya atas prestasi Nissa yang berhasil mengangkat nama Kabupaten Garut di tingkat internasional.
“Ini bukan prestasi yang ringan, tetapi sangat luar biasa,” ujarnya seperti dikabarkan Humas Pemkab Garut.
Sebagai Pendiri dan Pemimpin Pesantren Ath-Thaariq, Nissa telah mengembangkan inovasi agroekologi yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Nurdin menjelaskan, upaya Nissa sejalan dengan perhatian PBB terhadap keberlanjutan alam dan pemanfaatan sumber daya untuk kepentingan masyarakat.
Nurdin juga mengapresiasi pilot project yang melibatkan Generasi Z dalam pengembangan kehutanan sosial dan agroekologi, yang sejalan dengan program pemerintah pusat. “Mudah-mudahan ini menjadi pilot project yang bisa dijadikan kajian masyarakat luas,” tambahnya.
Ia menilai proyek Nissa berpotensi membuka lapangan pekerjaan bagi generasi muda, mengingat tantangan dalam penyediaan pekerjaan saat ini. “Insya Allah, masyarakat akan terbantu oleh gerakan-gerakan Bu Nissa,” ucapnya.
Nissa Wargadipura, yang merupakan aktivis lingkungan, telah berkomitmen dalam memperkuat ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan melalui pendidikan agroekologi dengan mendirikan Pesantren Ekologi Ath-Thaariq. Penghargaan Food HERO’s yang diterima Nissa pada 16 Oktober 2024, di Plenary Hall FAO, Roma, Italia, menjadi bukti dedikasinya dalam mengedukasi masyarakat tentang pertanian keluarga dan agroekologi.
Dalam pidatonya di Roma, Nissa menegaskan pentingnya integrasi nilai-nilai Islam dalam praktik agroekologi yang diterapkan di pesantren. “Tahun 2008 menjadi tonggak berharga di mana gerakan lingkungan berbasis nilai-nilai Islam pertama kali diperkenalkan di Garut,” jelas Nissa.
Metodologi agroekologi yang dikembangkan di Ath-Thaariq mengandung tiga dimensi: ilmu, praktik, dan gerakan sosial. Pendekatan partisipatif yang diterapkannya berhasil memberdayakan komunitas lokal, meningkatkan ketahanan pangan, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Nissa juga mengintegrasikan nilai keberlanjutan dan feminisme dalam Islam melalui modul “Green Islam,” menunjukkan peran penting perempuan dalam menghadapi perubahan iklim global.
Pencapaian Nissa Wargadipura membuktikan bahwa inovasi dari Garut dapat memberikan dampak positif di panggung internasional, membawa inspirasi dari Jawa Barat ke seluruh dunia.
Tahun ini, Astra Tol Cipali berfokus meningkatkan kenyamanan pengguna jalan melalui penambahan kapasitas dan peningkatan…
Kasus-kasus yang membutuhkan layanan konseling dilatarbelakangi berbagai faktor. SATUJABAR, BANDUNG -- Institut Teknologi Bandung (ITB)…
SATUJABAR, JAKARTA-- Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka, mengaku telah meminta Menteri Pendidikan Dasar dan…
BANDUNG - Berantas judi online, ribuan staf kantor KUA dan penyuluh dikerahkan, ungkap Menteri Agama (Menag)…
BANDUNG – Aktor Byeon Woo Seok brand ambassador Cartier seperti diumumkan perusahaan itu Jum’at 22…
BANDUNG - Tim SAR gabungan tengah melakukan pencarian terhadap seorang warga Banjar Dinas Munduk Ngandang,…
This website uses cookies.