Amirul Haji Indonesia PRof Nasaruddin Umar. (Dok. Istimewa)
Jamaah tidak disarankan untuk melempar jumroh pada siang hari mengingat suhu udara yang cukup panas.
SATUJABAR, MAKKAH — Jamaah haji Indonesia mulai melaksanakan jumrah Aqabah. Ada yang langsung melempar jumroh selepas tiba di Mina, namun tak sedikit juga mengambil waktu petang atau malam hari.
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, lempar jumroh bukan sekadar melempar. Ada makna penting di balik lempar jumroh tersebut. “Nah jadi saya mohon betul bagi teman-teman yang melakukan pelemparan jangan asal melempar, tapi tinggalkan semua yang jelek-jelek dari diri kita sendiri,” ujar Menag saat memberikan keterangan di Makkah.
Sifat jelek tersebut, kata Menag, seperti suka marah, pelit, mengadu domba, berbohong, dan membicarakan orang lain. “Tinggalkan di sini, kuburkan di sini. Dan yang tersisa kita pulang ke tanah air adalah fitrah kita dan kembali ke sucian. InsyaAllah itulah nanti yang akan menyelamatkan kita,” katanya.
Menurut Menag, pelaksanaan haji memiliki makna-makna simbolik. Pun halnya dengan lempar jumroh. Pelemparan ini mengusir semua penggoda-penggoda yang bisa mempengaruhi untuk menjadi manusia materialistik dan menjauhi ukhrowi.
“Jadi mari kita melihat peristiwa simbolik ini kemampuan kita untuk mengorbankan apapun demi untuk perintah Allah subhanahu wa ta’ala,” ujarnya.
Sebelumnya berdasarkan edaran yang disampaikan PPIH Arab Saudi, jamaah haji Indonesia disarankan untuk lempar jumroh pada pagi atau petang dan sore hari. Jamaah tidak disarankan untuk melempar jumroh pada siang hari mengingat suhu udara yang cukup panas.
“Hindari jam 10 sampai jam 4 sore tidak boleh ada yang berkeliaran di luar kemah itu ketentuan pemerintah Saudi Arabia untuk mencegah meminimalisir terjadinya kecelakaan korban dan sebagainya,” ujar Menag.
Jamaah haji Indonesia melaksanakan lempar jumroh selepas wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah. Bagi yang mengambil nafar awal, lempar jumroh dilakukan dilakukan tiga kali.
Nafar awal adalah pilihan bagi jamaah haji yang memilih untuk meninggalkan Mina lebih awal, yaitu pada 12 Zulhijah setelah melempar jumrah pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah.
Setelah melempar jumrah pada hari kedua Tasyrik, jemaah dapat langsung meninggalkan Mina menuju Makkah, asalkan sebelum matahari terbenam. Jika jemaah tidak sempat meninggalkan Mina sebelum waktu Magrib, maka mereka harus melanjutkan lontar jumrah hingga tanggal 13 Zulhijah dan secara otomatis mengambil nafar tsani. (yul)
SATUJABAR, CIANJUR--Mayat wanita muda ditemukan membusuk tanpa busana di aliran Sungai Cipendawa, Kabupaten Cianjur, Jawa…
SATUJABAR, SUBANG--Seorang pemuda di Kabupaten Subang, Jawa Barat, tega menikam temannya sendiri usai menggelar pesta…
Pertamina memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga kelestarian alam yang telah diimplementasikan di wilayah Kabupaten…
Menurut keterangan saksi mata dan pengurus masjid, Ustaz Yahya tiba-tiba terjatuh di mimbar saat khutbah…
SATUJABAR, BANDUNG – Indonesia sisakan wakil di nomor ganda putra Kapal Api Indonesia Open 2025…
BANDUNG - Tim Nasional Indonesia mendapat sambutan hangat dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di…
This website uses cookies.