Turis di Kawah Ijen. Kunjungan wisman November 2024 turun 8,53% secara bulanan, akan tetapi baik 17,27% secara tahunan, menurut data Badan Pusat Statistik yang dirilis Kamis 2 Desember 2025.(Foto: Humas Kemenpar)
SATUJABAR, BANDUNG – Libur nasional sering jadi momen yang paling ditunggu-tunggu masyarakat untuk rehat dari rutinitas. Tapi di balik momen santai ini, ternyata ada potensi ekonomi besar yang bisa digarap—terutama untuk sektor pariwisata.
Melalui kajian terbaru berjudul “Dampak Libur Nasional terhadap Sektor Pariwisata”, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memetakan bagaimana momen-momen libur seperti Lebaran, Natal, Imlek, hingga liburan sekolah bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.
“Libur nasional itu seperti bensin bagi pariwisata. Bisa mendorong pergerakan wisatawan dalam jumlah besar, tapi sayangnya belum semua daerah bisa memanfaatkannya secara optimal,” ujar Martini Mohamad Paham, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar.
Angka Perjalanan Wisata Meningkat Tajam
Data dari BPS menunjukkan bahwa pada 2024, jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) tembus 1,02 miliar perjalanan—naik signifikan dari 839 juta perjalanan di 2023. Dan sebagian besar pergerakan itu terjadi saat momen libur panjang.
Imbasnya? Lonjakan okupansi hotel, meningkatnya omzet restoran dan tempat wisata, serta ramainya pelaku UMKM lokal yang kecipratan rezeki. Namun di balik euforia itu, muncul tantangan baru: macet, penuh, dan kadang kurang siap.
“Banyak destinasi masih kewalahan saat musim liburan. Kapasitasnya terbatas, pelayanan belum maksimal, dan promosi belum terintegrasi dengan kalender libur nasional,” tambah Martini.
Studi Kasus: Libur Sekolah di Tiga Provinsi
Kemenpar juga melakukan riset khusus saat libur sekolah 2025 di tiga daerah favorit wisatawan: Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Barat. Hasilnya mencengangkan:
Okupansi hotel naik hingga 60%
Kunjungan destinasi melonjak 73,1%
Pendapatan tempat wisata meningkat 80,7%
Bahkan, dari sisi sosial, libur sekolah menjadi momen penting bagi keluarga. Sebanyak 58,9% wisatawan berwisata bersama keluarga, dan 99,3% merasa puas atau sangat puas dengan pengalaman mereka.
Rekomendasi: Jangan Tunggu Ramai Dulu Baru Siap!
Menurut I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar, ada sejumlah langkah strategis yang perlu dilakukan:
Menyusun promosi pariwisata berdasarkan kalender libur nasional
Meningkatkan kualitas layanan saat high season
Menyusun manajemen kapasitas destinasi agar tidak “overload”
Membangun kolaborasi antara pusat, daerah, dan pelaku usaha
“Dengan perencanaan matang, libur nasional bisa jadi game changer bagi pariwisata Indonesia. Bukan cuma ramai sementara, tapi bisa mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekosistem wisata nasional,” jelas Dewi.
Libur Jadi Momentum, Bukan Sekadar Kesempatan
Pada akhirnya, libur nasional bukan cuma soal waktu kosong di kalender, tapi bisa jadi alat strategis untuk menggerakkan ekonomi daerah jika dikelola dengan baik. Kajian Kemenpar ini pun diharapkan jadi acuan bagi semua pemangku kepentingan agar lebih siap menyambut momen libur—dengan pelayanan yang lebih baik dan dampak ekonomi yang lebih luas.
Kalau kamu tertarik menjadikan konten ini sebagai artikel ringan untuk media sosial, newsletter, atau podcast pariwisata, aku bisa bantu modifikasi lagi sesuai formatnya.
SATUJABAR, Brisbane - Dalam rangka mempromosikan angklung dan berbagai budaya Indonesia ke luar negeri, komunitas…
SATUJABAR, BANDUNG--Alvian Maulana Sinaga, 23 tahun, oknum Bintara Polisi yang didiga kuat sebagai pembunuh Putri…
SATUJABAR, BANDUNG - Kota Bandung kembali bersiap jadi pusat perhatian dunia! Asia Africa Festival (AAF)…
SATUJABAR, BANDUNG - Sejumlah lampu jalan di Kota Bandung mendadak gelap gulita. Bukan karena rusak…
SATUJABAR, SOLO - Kota Solo kembali jadi sorotan! Kali ini, Indonesia dipercaya jadi tuan rumah…
SATUJABAR, DEPOK - Stadion Merpati di Kota Depok, Jawa Barat, menjadi saksi sejarah baru bagi…
This website uses cookies.