Berita

Kota Bandung Termacet se-Indonesia Sebut TomTom Traffic Index, Ini Respon Farhan

Menurut data TomTom Traffic Index, rata-rata waktu tempuh perjalanan sejauh 10 kilometer di Kota Bandung mencapai 33 menit.

BANDUNG – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menanggapi hasil survei kemacetan dari TomTom Traffic Index yang menempatkan Bandung sebagai kota termacet di Indonesia.

Farhan mengaku baru pertama kali mendengar nama lembaga survei tersebut, namun menyambut positif keberadaan dan data yang disampaikan.

“Yang pertama tentu saja saya menghargai bahwa ada sebuah lembaga survei yang bernama TomTom. Survei itu saya baru dengar, tapi kalau memang ini lembaga internasional, saya sangat ingin mengundang mereka ke Bandung untuk memaparkan hasil surveinya,” ujar Farhan di TVRI Jawa Barat Jalan Cibaduyut, Selasa 8 Juli 2025 dikutip Humas.

Menurut data TomTom Traffic Index, rata-rata waktu tempuh perjalanan sejauh 10 kilometer di Kota Bandung mencapai 33 menit.

Farhan mengakui kemacetan menjadi masalah serius yang harus ditangani dengan pendekatan berbasis data. Ia menyebut hingga saat ini Pemkot Bandung masih mencoba melacak siapa pengelola lembaga survei tersebut.

“Sampai sekarang saya belum ketemu siapa pengelola TomTom ini. Tapi kalau ada, saya ingin undang mereka untuk presentasi data yang mereka miliki. Kalau itu bisa jadi biodata mobilitas, akan sangat berguna untuk pendataan dan pengambilan kebijakan,” tegasnya.

Ia juga memaparkan bahwa dari data yang dimiliki Pemkot, kemacetan paling parah terjadi di Jalan Soekarno Hatta, yang menjadi pintu masuk dari arah barat, selatan, dan timur Bandung.

“Macetnya dari pukul 6 pagi sampai pukul 10, lalu mulai lagi dari pukul 4 sore sampai pukul 8 malam. Ini sudah jadi rutinitas,” katanya.

Namun, Farhan juga mencatat adanya pola kemacetan yang berbeda di tiga titik lainnya: Jalan Ir. H. Juanda, Sukajadi, dan Setiabudi. Ketiga jalur ke arah utara Bandung ini, menurutnya, hanya mengalami kepadatan dari pukul 16.00-20.00, tanpa kemacetan berarti di pagi hari.

“Ini menarik. Ada perilaku mobilitas warga Bandung yang khas. Tapi datanya belum lengkap, jadi kita masih banyak asumsi,” jelasnya.

Ia menyebut pentingnya kolaborasi dengan berbagai untuk memahami perilaku transportasi masyarakat secara lebih mendalam.

“Kalau bisa ketemu dengan TomTom ini, saya undang secara terbuka. Kita kerja sama antara Pemerintah Kota dengan lembaga tersebut untuk mengurangi kemacetan. Siapa tahu ini bisa jadi bagian dari sistem digital, bahkan big data dan Blockchain,” kata Farhan.

Menurutnya, Kota Bandung harus terbuka terhadap kerja sama teknologi berbasis data demi meningkatkan kualitas hidup warganya.

“Sudah saatnya Kota Bandung terbuka terhadap berbagai macam bentuk kerja sama, khususnya dalam platform teknologi digital salah satunya untuk mengatasi kemacetan,” ungkapnya.

Editor

Recent Posts

Setetes Darah, Sejuta Harapan: bank bjb Rayakan HUT RI ke-80 dengan Donor Darah

SATUJABAR, BANDUNG - Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80,…

45 menit ago

Investasi Mudah dan Nyaman, bank bjb Tawarkan Sukuk Ritel SR023

SATUJABAR, BANDUNG - Investasi kini bukan lagi sekadar tren, melainkan sudah menjadi kebutuhan dalam mengelola…

50 menit ago

Harga Emas Senin 1/9/2025 Rp 1.978.000 Per Gram

SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Senin 1/9/2025 dikutip dari situs PT Aneka Tambang Tbk Rp…

55 menit ago

Polda Jabar Mohon Maaf Soal Kericuhan, Anarkis Bukan Suarakan Aspirasi

SATUJABAR, BANDUNG--Polda Jawa Barat menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas terjadinya kericuhan dalam aksi demo…

1 jam ago

Polri-TNI Siaga Penuh Amankan Bandung dari Aksi Anarkis

SATUJABAR, BANDUNG--Polda Jawa Barat dan Kodam III Siliwangi bersiaga penuh menjaga kondusifitas Kota Bandung dari…

1 jam ago

Kejuaraan Dunia BWF 2025: Indonesia Pulang dengan Satu Perunggu, Fokus pada Evaluasi

SATUJABAR, PARIS – Tim bulutangkis Indonesia menutup perjalanan di Kejuaraan Dunia BWF 2025 dengan satu…

2 jam ago

This website uses cookies.