Kawah Gunung Tangkuban Parahu (Wikipedia)
BANDUNG – Gempa bumi dengan magnitudo 2,7 mengguncang wilayah sekitar Gunung Tangkuban Parahu pada Sabtu (29/6) pukul 08.49 WIB. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi pada koordinat 6,76 LS dan 107,63 BT, dengan kedalaman 6 kilometer di bawah permukaan laut. Guncangan tersebut dirasakan pada skala III MMI di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Tangkuban Parahu.
Gunungapi Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Jawa Barat. Gunung ini memiliki sembilan kawah, dengan Kawah Ratu dan Kawah Upas sebagai dua kawah utama yang sering dikunjungi wisatawan.
Aktivitas Gunung Masih Stabil
Meski terjadi gempabumi, hasil pemantauan visual menunjukkan tidak ada peningkatan signifikan dalam aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu. Terpantau hembusan asap berwarna putih tipis hingga sedang dari Kawah Ratu dengan ketinggian 20 hingga 200 meter dan dari Kawah Ecoma setinggi 5 hingga 10 meter. Tekanan asap masih tergolong lemah hingga sedang.
Fenomena bualan lumpur di Kawah Ratu yang muncul sejak 5 Juni 2025 juga masih terus teramati dengan intensitas dan luas area yang relatif stabil. Aktivitas kegempaan yang tercatat pun masih didominasi oleh tremor menerus yang berkaitan dengan aktivitas bualan lumpur tersebut.
Pada 28 Juni 2025, tercatat 3 gempa hembusan, 84 gempa low-frequency (LF), 1 gempa tektonik jauh, serta tremor menerus dengan amplitudo 0,5–1,5 mm. Sementara itu, pada 29 Juni hingga pukul 12.00 WIB, terjadi 41 gempa LF, 2 gempa vulkanik dalam (VA), 1 gempa hembusan, 1 gempa tektonik jauh, dan 1 gempa terasa dengan tremor menerus beramplitudo 0,5–1 mm.
Deformasi dan Gas Masih Stabil
Pemantauan deformasi menggunakan EDM, GNSS, dan Tiltmeter tidak menunjukkan perubahan signifikan yang mengindikasikan tekanan tinggi di bawah tubuh gunung. Namun, alat EDM mencatat adanya kecenderungan inflasi (penggembungan) di kedalaman dangkal, yang dapat menjadi indikasi akumulasi tekanan dan potensi erupsi freatik yang bisa terjadi tiba-tiba tanpa gejala awal.
Pengukuran gas menggunakan stasiun Multi-GAS permanen juga tidak menunjukkan perubahan mencolok pada rasio dan konsentrasi gas seperti CO₂/SO₂ dan H₂S/SO₂.
Status Tetap Normal, Warga Diminta Waspada
Berdasarkan seluruh data pemantauan, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal). Meski begitu, masyarakat dan pengunjung diimbau untuk tidak memasuki area dasar kawah, tidak berlama-lama di sekitar kawah aktif, serta segera menjauh jika mencium bau gas menyengat atau melihat peningkatan aktivitas visual.
Pemerintah daerah, BPBD, dan pemangku kebijakan diminta tetap menjalin koordinasi intensif dengan Pos PGA Tangkuban Parahu di Desa Cikole serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung.
Masyarakat diminta tetap tenang, tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya, dan terus memantau perkembangan melalui aplikasi MAGMA Indonesia atau situs resmi: https://magma.esdm.go.id.
Evaluasi tingkat aktivitas akan terus dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan signifikan. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan tetap menjadi kunci dalam menghadapi potensi bencana alam.
SATUJABAR, BANDUNG--Hubungan Wakil Gubenur Jawa Barat, Erwan Setiawan dengan Sekretaris Daerah (Sekda), Herman Suryatman, semakin…
BOGOR - Bupati Bogor Rudy Susmanto meninjau langsung progres pembangunan Masjid Raya Kabupaten Bogor yang…
SATUJABAR, TASIKMALAYA--Seorang anggota Bromob Polda Jawa Barat meninggal dunia, setelah mobil yang dikendarainya tertimpa pohon…
JAKARTA - Dugong, mamalia laut yang sering dijuluki “sapi laut” karena penampilannya yang jinak dan…
BANJAR - Satuan Reserse Kriminal Polres Banjar berhasil mengamankan dua pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor)…
SATUJABAR, PURWAKARTA--Bus Perusahaan Otobus (PO) Safana, yang membawa rombongan peziarah dalam perjalanan menuju Mesjid Agung…
This website uses cookies.