Gunung tertinggi di Jawa Barat adalah Gunung Ciremai. Gunung Ciremai memiliki ketinggian sekitar 3.078 meter di atas permukaan laut.
Gunung ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka.
Ciremai juga merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa bagian barat dan menawarkan pemandangan alam yang indah bagi para pendaki.
Pendakian ke gunung ini dapat dilakukan dari berbagai jalur pendakian, dan puncaknya menawarkan pemandangan spektakuler ke sekitarnya.
Gunung Ciremai memiliki beberapa jalur pendakian yang dapat dipilih oleh para pendaki. Beberapa jalur tersebut mencakup rute-rute yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang bervariasi.
Jalur Linggarjati (Ciremai Utara): Jalur ini dapat diakses dari arah Kuningan, Jawa Barat. Basecamp pendakian sering kali dimulai dari Desa Linggarjati. Jalur ini relatif lebih pendek dibandingkan jalur-jalur lainnya.
Jalur Palutungan (Ciremai Timur): Jalur ini sering diakses dari Palutungan, Kuningan, dan sering menjadi jalur favorit bagi pendaki. Basecamp umumnya berada di Desa Linggasana.
Jalur Apuy (Ciremai Selatan): Jalur ini biasanya diakses dari area Apuy, Majalengka. Basecamp sering kali dimulai dari Desa Linggarjati atau Desa Apuy.
Jalur Puncak Arjuna (Ciremai Barat): Jalur ini sering kali diakses dari Kecamatan Cisantana, Kabupaten Kuningan. Basecamp pendakian sering kali dimulai dari Desa Linggarjati.
Setiap jalur memiliki karakteristik sendiri dan menawarkan pemandangan alam yang berbeda.
LEGENDA CIREMAI
Legenda Gunung Ciremai, juga dikenal sebagai Gunung Cereme, adalah salah satu legenda yang diceritakan oleh masyarakat setempat di sekitar gunung ini.
Salah satu legenda yang terkenal adalah legenda Nyi Roro Kidul dan Ki Gedeng Tapa.
Menurut legenda tersebut, Nyi Roro Kidul, yang dikenal sebagai ratu laut, jatuh cinta pada seorang pertapa bernama Ki Gedeng Tapa yang tinggal di lereng gunung.
Ki Gedeng Tapa adalah seorang yang sangat sakti dan memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa. Nyi Roro Kidul tertarik pada kebijaksanaan dan ketenangan Ki Gedeng Tapa.
Namun, Ki Gedeng Tapa menolak cinta Nyi Roro Kidul karena tekadnya untuk tetap fokus pada perjalanan rohaniahnya.
Nyi Roro Kidul yang merasa ditolak sangat kecewa dan marah. Akibatnya, ia mengutuk Ki Gedeng Tapa dengan menjadikannya sebagai batu besar yang berada di puncak gunung.
Batu besar tersebut kemudian dikenal sebagai “Batutulis,” yang konon katanya memiliki tulisan-tulisan gaib.
Warga setempat percaya bahwa batu ini memiliki kekuatan spiritual dan dapat memberikan berkah kepada mereka yang datang dengan niat baik.
Legenda Gunung Ciremai ini mencerminkan kepercayaan dan nilai-nilai spiritual masyarakat Jawa. Selain legenda ini, mungkin ada beberapa versi atau cerita lain yang berkembang di kalangan masyarakat setempat seiring berjalannya waktu.
Legenda seperti ini tidak hanya memberikan warna pada kebudayaan lokal, tetapi juga mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan kekuatan spiritual.