Ombak laut (ilustrasi/pixabay)
BANDUNG – Untuk memahami pasokan sedimen fluvial ke Laut Cina Selatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Sumber Daya Geologi (PRSDG), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, menggelar lokakarya tahunan yang berkolaborasi dengan Komisi Oseanografi Antarpemerintah UNESCO, khususnya Sub Komisi untuk Pasifik Barat (WESTPAC), dan State Key Laboratory of Marine Geology, Universitas Tongji, Tiongkok.
Lokakarya ini bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai pendekatan penelitian, meningkatkan interaksi ilmiah antar peneliti, serta memberikan pembaruan dan peluang kolaborasi lebih lanjut. Sebanyak 32 pakar kebumian dari sembilan negara akan membahas berbagai tema terkait pelapukan dan erosi di daerah aliran sungai, geokimia, iklim purba, sedimentasi fluvial, serta tektonik.
Kepala PRSDG BRIN, Iwan Setiawan, menegaskan pentingnya kegiatan ini untuk meningkatkan kompetensi riset serta memperkuat kolaborasi internasional. “Periset dapat berinteraksi dengan kolega internasional, memperoleh pembaruan keilmuan, serta meningkatkan pemahaman tentang proses geologi dan sedimentologi yang berlangsung jutaan tahun yang lalu. Hal ini akan memberi manfaat bagi pelestarian dan pemanfaatan fenomena geologi,” ujar Iwan.
Sedimen fluvial di Laut Cina Selatan menjadi isu penting, mengingat sejumlah sungai besar, seperti Sungai Mutiara, Sungai Merah, dan Sungai Mekong, serta sungai-sungai kecil di Taiwan, menyuplai sedimen sebanyak 700 juta ton per tahun ke laut tersebut. “Sedimen ini kemudian diangkut oleh arus pesisir, arus permukaan, dan arus laut dalam yang dipengaruhi oleh monsun Asia Timur, intrusi Arus Kuroshio bawah permukaan, dan perairan dalam dari Pasifik Barat melalui Selat Luzon,” kata Ketua Panitia Lokakarya Flused Indonesia, Noor Cahyo D Aryanto.
Karangsambung, yang dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan lokakarya, memiliki kondisi geologi kompleks yang menjadi bukti proses subduksi pada zaman Kapur di Sunda Land. Lokasi ini juga menarik karena proses sedimentasi fluvial yang melibatkan berbagai jenis batuan, termasuk batuan metamorf, batuan beku, dan batuan sedimen. Sungai Luk Ulo yang mengalir melalui daerah ini juga memiliki karakteristik hulu, tengah, dan hilir yang melewati batuan berumur Kapur.
“Batuan metamorf-ofiolit ada di bagian hulu, sementara batuan sedimen terdapat di hilir. Wilayah utara (hulu) menunjukkan sisa zona subduksi, sedangkan wilayah selatan (hilir) memiliki lanskap karst dan gumuk pasir. Sepanjang Sungai Luk Ulo, juga ditemukan berbagai sumber daya mineral dan artefak budaya dari era Megalitik hingga Kolonial,” jelas periset PRSDG BRIN, Chusni Ansori.
Selain lokakarya, para peserta juga akan melakukan eksplorasi ke enam lokasi di sepanjang Sungai Luk Ulo, mengunjungi Geosite dalam Geopark Kebumen, serta berdiskusi dengan pemerintah daerah setempat.
Di akhir kegiatan, akan dilaksanakan penandatanganan Deklarasi Karangsambung, yang berisi pernyataan utama terkait peningkatan kolaborasi riset, kapasitas periset, pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta rencana aksi untuk tahun mendatang.
Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ilmu kelautan dan pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan agenda PBB 2021-2030.
SATUJABAR, BANDUNG--Polda Jawa Barat memastikan, Gubernur, Dedi Mulyadi tidak ada di lokasi Pendopo Kabupaten Garut,…
SATUJABAR, BANDUNG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menjawab aksi demo para pelaku pariwisata di Jawa Barat…
SATUJABAR, SUKABUMI--Enam pelaku pengeroyokan yang menewaskan Suherman alias Samson hingga tewas di Kabupaten Sukabumi, Jawa…
SATUJABAR, CIANJUR--Empat siswa dari dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terlibat…
SATUJABAR, BANDUNG – Harga emas Antam Rabu 23/7/2025 dikutip dari situs PT Aneka Tambang Tbk…
Nama Iie Sumirat mulai mencuat di era 1970-an sebagai tunggal putra andalan tim bulutangkis Indonesia.…
This website uses cookies.