BANDUNG – Sampah plastik di lautan telah menjadi isu global yang semakin mengkhawatirkan. Untuk mengangkat topik ini dari perspektif ilmiah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan mengadakan Media Lounge Discussion (MELODI) di Gedung BJ Habibie, Jakarta.
Diskusi ini menghadirkan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova, dan Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kedeputian Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Rofi Alhanif.
Muhammad Reza Cordova, Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, mengungkapkan bahwa lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut setiap tahunnya. “Masalah ini mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut,” ujar Reza. Berdasarkan data BRIN, sebagian besar sampah plastik di perairan Indonesia adalah plastik sekali pakai seperti sachet, kantong plastik, botol minuman, dan sedotan, yang memerlukan ratusan tahun untuk terurai, mencemari laut, dan merusak habitat biota laut.
Reza juga menggarisbawahi bahaya mikroplastik, partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter yang telah terdeteksi di semua sampel air dan sedimen serta pada berbagai spesies ikan dan kerang. “Mikroplastik sangat berbahaya karena dapat dikonsumsi oleh plankton dan ikan, yang menjadi bagian dari rantai makanan laut, dan akhirnya masuk ke tubuh manusia,” jelasnya.
BRIN terus melakukan penelitian untuk menemukan solusi dalam menangani sampah plastik di laut, termasuk teknologi inovatif untuk mendeteksi, mengumpulkan, dan mendaur ulang sampah plastik. Salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh, sensor bawah air, dan kecerdasan buatan untuk memetakan sebaran sampah plastik secara lebih akurat.
Selain itu, BRIN bekerja sama dengan komunitas nelayan dan pemerintah daerah dalam program pembersihan pantai dan edukasi masyarakat. “Pendekatan berbasis komunitas menjadi kunci utama dalam menekan jumlah sampah plastik yang masuk ke laut. Perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah adalah langkah penting untuk jangka panjang,” tambah Reza.
BRIN juga mendukung regulasi terkait pengelolaan sampah plastik di Indonesia, termasuk kebijakan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai dan penguatan infrastruktur pengelolaan sampah di perkotaan. “Regulasi ini harus segera diimplementasikan untuk mencegah pencemaran laut,” tegas Reza.
Melalui diskusi ini, BRIN mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bergotong royong dalam menangani masalah sampah plastik. “Masa depan laut kita sangat bergantung pada upaya kita semua untuk menjaga kebersihannya. Laut yang bersih bukan hanya untuk biota laut, tetapi juga untuk keberlanjutan hidup kita sendiri,” pungkas Reza.
Dengan penelitian dan inovasi yang dilakukan BRIN, diharapkan masalah sampah plastik di laut dapat diminimalkan dan lingkungan laut Indonesia tetap lestari untuk generasi mendatang.